Tidak Bisa Menikmati Hidup ?
(Baca: Kejadian 3:8-13)
Siapa yang tidak ingin menikmati hidup? Pada umumnya semua orang ingin dapat menikmati hidup. Kenyataannya, tidak semua orang dan tidak selalu setiap orang bisa menikmati hidup. Ada orang yang sangat kaya dan mempunyai banyak rumah mewah di Indonesia, Singapore, Australia, Hongkong tetapi jarang ditinggali dan yang menikmati rumah mewah dan segala fasilitas adalah pembantunya.
Ada orang yang sangat sukses di dalam pekerjaannya, penghasilannya begitu besar tetapi menanggung beban pikiran yang sangat berat dan resiko yang besar. Hari-harinya dihabiskan untuk kerja dan ia melewatkan waktu mendidik anak bertumbuh sehingga anak-anaknya yang sudah besar tidak mengenalnya.
Sebagian orang lain lagi hidupnya biasa-biasa tetapi sulit tidur karena kebencian dan dendam dengan sesamanya. Sementara orang lain hidup di dalam topeng kemunafikan, ketidakjujuran dan kepalsuan dengan pikiran agar dapat diterima oleh orang-orang di sekitarnya.
Bila dikaji lebih dalam, ternyata hidup manusia itu rumit dan sangat bervariasi permasalahan maupun berkatnya. Manusia yang terhempas di dalam kubangan dosa semakin membuat dirinya sulit dan tidak bisa menikmati hidup. Maksud saya, bukan berarti contoh-contoh kehidupan di atas adalah efek dosa, tetapi bisa jadi karena adanya dosa, maka kehidupan tidak bisa dinikmati dengan sepenuhnya.
Apa yang dialami Adam dan Hawa adalah tragedi kemanusiaan akibat berkubang di dalam dosa. Pada mulanya Allah merancang manusia dengan gambar serupa Allah, memberikan manusia misi untuk dikerjakan dan menikmati hidup anugerah Allah. Taman Eden, semua jenis binatang, tumbuhan, air, matahari, dsb adalah bagian dari fasilitas dari Allah untuk dinikmati dan diperlihara dengan penuh tanggung jawab.
Dalam perkembangannya, manusia diajak dan dipengaruhi sedemikian rupa untuk berbuat dosa, melanggar kehendak Tuhan. Bukankah ini sering kita dengar di dalam percakapan, 'Yang namanya berdagang, kalau nga bohong, kita bisa untung.' atau perkataan lain, 'Hidup di dunia ini kalau lurus-lurus ya tidak bisa.' Ada pula yang memastikan pepatah, 'Kalau mau hidup jujur ya ajur (hancur).'
Kenyataannya, semakin manusia hidup di dalam dosa, semakin hidupnya masuk di dalam kesusahan. Mungkin seseorang merasa senang dan lebih untung dengan berbuat dosa, tetapi justru ia sedang diperdaya dalam kehidupan yang tidak sejahtera dan sulit.
Pada waktu Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, setidaknya terlihat 4 efek dosa yang membuat mereka tidak bisa menikmati hidup. Pertama adalah tidak bisa menikmati kesejukan. Pada umumnya orang menyukai kesejukan dan tidak suka kepanasan maupun kedinginan. Sejuk berarti segar atau 'fresh', inilah komponen yang membuat manusia lebih hidup. Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari air, manusia suka berada di ruangan dengan kelembapan air yang sejuk. Demikian pula halnya kalau kita memilih buah suka yang segar bukan busuk.
Pada saat manusia jatuh dalam dosa, ia tidak bisa menikmati kesegaran hidup dari Allah secara penuh. Dosa begitu mencederai manusia hingga tidak dapat menikmati hidup. Adam dan Hawa sekalipun berada di alam yang sejuk, tetapi tidak bisa menikmati alam. Semakin banyak dunia berdosa dan mengeksploitasi bahkan menghancurkan alam, maka suhu udara di dunia akan meningkat lebih panas. Manusia tidak dapat menikmati kesejukan hati tanpa kekudusan dan persekutuan dengan Tuhan. Manusia perlu berbaik kembali agar menemukan kesejukan hati walau udara di alam lebih panas dari biasanya.
Kedua, manusia yang jatuh dalam dosa dikuasai oleh rasa takut. Rasa takut sendiri adalah anugerah Tuhan yang membuat orang mewaspadai bahaya, tetapi takut yang berlebihan membuat manusia jadi paranoid.
Adam dan Hawa jadi takut bertemu dengan Allah setelah jatuh dalam dosa. Mereka dikendalikan dan diperbudak oleh rasa takut sehingga terus bersembunyi. Seperti pepatah, 'Anda bisa lari, tetapi tidak bisa sembunyi' adalah efek penghindaran yang dalam hal ini diakibatkan oleh rasa takut.
Dikuasai dan diperbudak rasa takut membuat orang membangun rumah seperti benteng, membuat manusia tidak bisa tidur malam, bahkan menerpa banyak orang dipenuhi rasa curiga dan prasangka buruk.
Ketiga, efek dosa dapat membuat manusia tidak transparan. Hidup yang sehat memang bukan berarti buka-bukaan tetapi juga bukan berarti memakai topeng. Hawa dan Adam tidak berani bertemu dengan Allah secara langsung sampai Tuhan mencarinya. Ketidaktransparanan adalah wujud dari ada sesuatu yang disembunyikan: pelanggaran.
Orang yang bersalah dan melakukan kecurangan bisa jadi terlihat dari ekspresi nonverbal, ketidaksesuaian perilaku antara satu dengan yang lain bagian tubuh, sering mengedipkan mata atau menatap benda lain yang tidak fokus dan gelisah.
Ketidaktransparanan adalah bentuk dari kebohongan, kecurangan, dan telah melakukan kesalahan yang berusaha ditutupi atau dikubur dalam-dalam. Orang yang jatuh dalam dosa menjadikan dirinya palsu dan menyangkali hati nuraninya. Orang yang masih merasa diri bersalah ketika berbuat dosa masih ada harapan. Sebagian orang sudah terbiasa dengan berdosa dan membenarkan diri maupun mematikan hati nuraninya. Bila seperti ini keadaannya, maka orang itu menjadi kebal terhadap kebenaran dan tidak mampu melihat yang benar dan yang salah.
Adam dan Hawa malu ketika telanjang, bukan sekedar tidak berpakaian tetapi malu melihat dirinya bersalah dan berdosa. Inti dari ketidaktransparanan bukan persoalan telanjang tetapi persoalan hati yang tercemar.
Ke empat, efek dari dosa adalah melemparkan tanggung jawab kepada orang lain. Adalah muda menyalahkan orang lain ketika kita berbuat kesalahan namun hal ini membuat hubungan kita dengan Tuhan, sesama dan diri sendiri menjadi lumpuh dan bertambah tidak baik.
Manusia pertama saling menyalahkan kegagalan dan kejatuhan dosa mereka. Adam menyalahkan Hawa, Hawa menyalahkan ular. Sikap melempar tanggung jawab dan saling menyalahkan adalah ciri dari manusia yang jatuh dalam dosa.
Efek dosa membuat manusia tidak dapat menikmati hidup sepenuhnya. Hidup yang dinikmati dengan jerih lelahnya jadi terbatas bahkan terkadang hampa. Manusia perlu dipulihkan Yesus Kristus dari dosa dan hubungan yang putus dengan Allah. Bila manusia hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus, maka modal awal untuk diberkati Tuhan sebagai umat yang bertumbuh adalah memungkinkan.
Banyak orang berusaha menikmati hidup dengan mengumbar hawa nafsu, membelanjakan banyak barang kebutuhan dan menghabiskan sejumlah besar uang untuk hiburan, tetapi semua itu bersifat sementara dan tidak menjawab kebutuhan dasar manusia akan Tuhan.
Manusia dapat menikmati hidup sepenuhnya dari berkat-berkat Tuhan yang berbeda, bervariasi dan sesuai porsinya berdasarkan rasa syukur, rasa cukup (contentment), dan rasa tenang damai sejahtera.
Kiranya Tuhan masih bermurah hati memampukan kita menikmati hidup di dalam Tuhan bukan di luar Tuhan, sebab diluar Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak bertumbuh. Kiranya Tuhan menolong hidup kita. Amin.
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp
Post a Comment