\
3 Hal Mendasar Godaan Iblis
(Baca: Kejadian 3:1-7)
Menurut Anda, godaan hidup terbesar apa yang pernah Anda alami? Sebagian orang jatuh dalam dosa ketika digoda dengan percabulan atau film porno. Sebagian orang lain jatuh dalam dosa ketika berhadapan dengan harta. Setiap orang bisa mengalami pencobaan yang berbeda dan jatuh di tempat yang berbeda pula.
Berdasarkan Kitab Kejadian dan padanannya dengan pencobaan yang dialami Yesus di Padang Gurun (Matius 4:1-11; Markus 1:12-13; Lukas 4:1-13), setidaknya ada 3 hal mendasar dari godaan Iblis yang perlu kita waspadai: Pertama, Memakan Roti atau Dimakan Roti. Manusia hidup secara jasmani harus makan, terlebih adalah makanan yang sehat dan bersih. Bila hidup manusia diperbudak oleh makanan, manusia bisa menjadi rakus dan makan secara berlebihan hingga tidak sehat. Bila seseorang kekurangan makanan, maka ia bisa tergoda menjadi pencuri karena makanan. Sebaliknya, bila seseorang berlimpah makanan, ia dapat berdosa bila menghambur-hamburkan makanan apalagi sengaja memuntahkannya (bulimia).
Hawa dicobai Iblis dengan bujukan yang licik sehingga buah pengetahuan baik dan jahat itu terlihat baik untuk dimakan dan sedap! Hawa jatuh dalam dosa ketika melanggar kehendak Allah dengan memakan buah terlarang itu.
Yesus Kristus pada waktu berpuasa di Padang Gurun juga dicobai hal serupa. Iblis membujuk Yesus untuk mengubah batu menjadi roti. Bila kita lihat sekilas, semua pencobaan Iblis kelihatan ada benarnya. Manusia perlu makan, manusia bebas menentukan pilihan hidupnya, dsb. Kendati demikian, perlu diketahui bahwa yang menjadi permasalahan bukan makanannya, tetapi sikap hati yang memberontak terhadap Tuhan. Makan bukan inti dari kejatuhan, tetapi diperbudak oleh makanan. Makan bukan inti dari kejatuhan manusia, tetapi mau dikontrol oleh Iblis adalah kebodohan manusia.
Yesus Kristus menyadari jebakan Iblis dan memenangkan pencobaan itu dengan prinsip hidup: Manusia tidak hidup dari makanan saja, tetapi dari setiap Firman Tuhan. Artinya, hidup manusia tidak melulu bersifat jasmani, tetapi ada dimensi rohani. Manusia perlu makan, tetapi manusia yang merdeka adalah manusia yang tidak diperbudak oleh makanan.
Hari ini banyak orang terkena stroke karena tidak dapat menahan diri dari makanan berkolesterol tinggi. Hari ini banyak orang lebih memilih tidak datang ke gereja untuk beribadah dan pergi ke restauran untuk pesta. Hari ini banyak orang tidak segan mengeluarkan uang untuk makanan mahal daripada memberikan persembahan maupun perpuluhan. Tidak jarang banyak orang yang sekali makan di rumah makan cepat saji seperti Mc.Donald, KFC, JCo, dst mengeluarkan uang setidaknya Rp.100.000; namun untuk persembahan tidak lebih dari Rp.10.000; Betapa manusia sudah diperbudak oleh makanan. Memang terkadang tipis bedannya antara manusia makan roti dan kemudian dimakan oleh roti.
Kedua, Menguji Tuhan atau Menguji Diri. Manusia memang perlu mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah hidupnya, namun terkadang tipis bedanya antara mengandalkan Tuhan dengan mencobai Tuhan. Iblis mempengaruhi Hawa bahwa tidak apa-apa kalau manusia memakan buah pengetahuan baik dan jahat. Seolah-olah Iblis mengatakan Tuhan tidak marah, Tuhan mengijinkan, cobalah dan kamu akan melihat kebenaran. Hal ini tentu saja sangat menggoda dan tidak benar.
Ketika Yesus dicobai di Padang Gurun, Iblis datang dan membujuknya agar mencoba pemeliharaan Tuhan. Kedengarannya hal ini bagus dan bahkan mengandalkan Tuhan. Iblis meminta Tuhan menjatuhkan diri dari tempat tinggi di Bait Allah. Malaikat Allah akan menolong Yesus. Jika kita perhatikan padanan antara kisah Hawa dan Yesus di Padang Gurun, kita dapat melihat bahwa sesungguhnya Iblis hendak membuat manusia mencobai Tuhan.
Hari ini banyak orang lebih suka menguji pertolongan Tuhan dari pada mengevaluasi sikap hidup dan perilakunya. 'Bila Tuhan tidak sembuhkan penyakit saya, maka bukan salah saya lho Tuhan kalau saya akan meninggalkan Engkau.' 'Kalau Tuhan tidak tolong usaha saya, maka saya tidak akan ke gereja lagi.' Banyak orang berpikir kalau Tuhan seharusnya wajib menolong dan memberkati dirinya dari pada orang itu harus mengevaluasi dosa apa yang perlu dibereskan, bagaimana mengandalkan Tuhan dan bukan mencobai Tuhan.
Orang yang mencobai Tuhan, orang yang hitung-hitungan dengan Tuhan mengenai kalau saya beri sekian kepada Tuhan maka saya mengharapkan Tuhan membalas berlipat-lipat adalah pikiran bisnis dan tamak. Sikap ini adalah dosa.
Keangkuhan kerap menjebak orang-orang percaya jatuh di dalam dosa. Ketika Hawa merasa diri layak untuk jadi sama dengan Tuhan dan bahkan berhak menentukan standar baik dan jahat, maka di sana sedang terjadi kejatuhan manusia.
Jaman ini banyak manusia secara tidak langsung merasa lebih bijaksana dan adil dari Tuhan. Banyak orang merasa Tuhan tidak adil mengijinkan orang-orang korupsi dan penjahat jadi kaya, sementara orang baik menjadi miskin dan hidupnya sulit. Ada pula orang yang mengatakan adalah tidak adil kalau Tuhan menyelamatkan seseorang dan menghukum orang lain ke dalam neraka, sementara dikatakan Tuhan itu kasih.
Bila kita kaji dengan logika berpikir, maka terlihat bahwa sesungguhnya Tuhan yang menciptakan ruang, waktu, konsep, perencanaan bahkan keberadaan manusia. Dengan demikian, yang paling tahu standar benar salahnya seseorang, atau konsep adil dan baik adalah dari Tuhan bukan dari standar manusia. Bila Tuhan mau hukum semua manusia masuk neraka, itu adalah hak-Nya dan itu adil. Bila Tuhan mau selamatkan beberapa orang saja ke dalam surga sementara yang lain masuk neraka adalah hak-Nya pula.
Semakin kita bertambah umur, bertambah pengetahuan, bertambah prestasi dan kesuksesan, maka semakin besar pula godaan untuk jatuh dalam dosa. Orang yang berada di atas lebih sulit untuk ditegur dan mengevaluasi diri. Orang yang berada di atas lebih mudah membenarkan diri dan merasa diri benar dari pada mengevaluasi diri dan terbuka pimpinan Tuhan. Baiklah ini menjadi awas bagi setiap kita.
Ketiga, Menyembah Tuhan atau Menyembah ilah. Pada umumnya kita mengetahui bahwa adalah benar menyembah Tuhan dan salah meyembah ilah atau hal lain secara Tuhan. Masalahnya yang sering terjadi adalah kesalahan menempatkan prioritas dalam hidup.
Hawa dalam percakapan dengan Iblis telah dikontrol sedemikian rupa dan mendapat tawaran memiliki kemampuan seperti Allah. Ini adalah kuasa seperti Allah dan bukan seperti Allah dalam hal karakter atau kehidupan yang benar dan baik.
Yesus Kristus pun juga dicobai Iblis waktu itu dengan diperlihatkan semua kuasa dunia dan segala kemuliannya. Yesus Kristus tahu bahwa ini adalah salah dan bukan prioritas hidup. Prioritas hidup bagi setiap manusia adalah menyembah Allah saja.
Hari ini banyak orang Nasrani tidak ke gereja demi mengejar keuntungan usahanya. Sebagian orang lebih mengejar kesuksesan karier dengan pindah agama dari Nasrani yang percaya Yesus kepada agama lain agar naik pangkat. Banyak pelajar Nasrani lebih suka menyontek untuk mendapat nilai bagus dari pada mengedepankan kejujuran sebagai bentuk takut akan Tuhan.
Biasanya, semakin seseorang diberkati dan memperoleh kemajuan dalam aspek hidupnya maka ia akan menghadapi godaan yang lebih besar lagi untuk dikuasai dengan kuasa dan kemuliaan dunia dari pada menghambakan diri untuk kemuliaan Kristus.
Yesus Kristus menang dari semua pencobaan dan kehadiran Yesus Kristus di dunia dengan membatasi diri dari Tuhan menjadi manusia adalah memberikan kemenangan kepada kita atas sengat dosa.
Adam dan Hawa jatuh dalam dosa karena godaan makanan, keangkuhan hidup dan kuasa kemuliaan dunia. Adam ke dua, Kristus memenangkan godaan Iblis dan menunjukkan bahwa di dalam Tuhan manusia bisa menang atas dosa.
Setiap kita manusia, tidak kebal dari godaan dan bisa jatuh dalam dosa. Masing-masing orang ada titik kelemahannya. Kita perlu minta Roh Kudus menguasai hati dan pikiran kita agar boleh menang dan mengalahkan godaan Iblis. Iblis memang punya kuasa, tetapi tidak mahakuasa. Kiranya Tuhan menolong kita untuk hidup di dalam rencana dan anugerah-Nya. Amin.
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp
Source : jeffrysudirgo.blogspot.jp
Post a Comment